ilustrasi
Hubungan Turki dengan negara-negara Eropa memanas baru-baru ini, khususnya Jerman, Belanda dan Austria.

Satu yang menarik adalah ketika Presiden Turki Recep Erdogan membongkar keterlibatan Jerman dalam melindungi dan membina teroris. Jerman pun membantah (baca).

Namun apa yang disebut Erdogan bukan isapan jempol. Jerman sebagai produsen teroris tidak hanya soal gerakan Gulen yang bermusuhan dengan Erdogan atau kelompok-kelompok separatis Kurdi yang anti Turki baik di dalam negeri maupun Suriah. (baca)

Jauh sebelum NATO mempunyai program Operasi Gladio-B (baca), untuk melatih para teroris menghantui warga Eropa, Jerman telah sejak perang dunia I mempelopori terorisme. (baca)



Adalah Max von Oppenheim (baca) pegawai Jerman keturunan Yahudi, yang menjadi pencetusnya. Dia, yang kadang disebut juga dengan Abu Jihad ("Father of Holy War"), mengarang beberapa publikasi teror yang dibahasaarabkan, agar kelihatan Islami, untuk menjadi 'kitab suci' kalangan teroris.

Selebaran provokasi jihad yang dibuat Max von Oppenheim mencatut nama Sultan Turki
Saat itu, walaupun sebagai penghasil misionaris ulung di berbagai negara, Jerman, bersama Ottoman, berseteru dengan negara-negara Eropa lainnya.

Dia diberi wewenang untuk merekrut para tahanan Muslim tak berdaya di 'Half Moon Camp' untuk menjadi pelaku teror dan penyebar ke negara-negara jajahan yang berpenduduk Muslim.

Saat ini hampir semua negara Barat mempunyai program yang sama yang dirintis Oppenheim. CIA, FBI, Rusia dll disebut bahkan mempunyai ribuan 'binaan' dalam proyek serupa.

Post a Comment

Powered by Blogger.