Isu pembunuh bayaran sekarang ini mencuat kembali usai terungkapnya perampokan di Ibu Kota.

Pembunuh bayaran sudah sering terjadi dan dilaporkan media.

Berikut ini salah satunya terjadi di Medan, Sumatera Utara:

Dendam akibat persaingan bisnis tidak bisa diabaikan sebagai motif di balik pembunuhan Kho Wie To (40) alias Awie alias Suwito alias Wito bersama istrinya Dora Halim (28), Kamis (30/3) lalu. Dugaan keterlibatan pengusaha besar yang bisnisnya bersaing dengan Awi, menyewa pembunuh bayaran sebagai eksekutor pembunuh warga Jalan Akasia I, Kelurahan Kampung Durian, Medan, itu semakin menguat.

“Dugaan kuat karena persoalan utang piutang dengan seorang pengusaha juga. Tapi tunggu pemeriksaan lebih lanjutlah,” kata sumber di Polresta Medan.

Menurut perwira tersebut, target pembunuhan sebenarnya bukan Suwito, tetapi ayahnya, To Siau Hua alias Sarwo Pranoto.

Usaha ikan Sarwo diduga sebagian besar dijalani secara ilegal. Diantaranya memasukkan barang-barang selundupan dengan memuatnya dari tengah laut. “Banyak yang benci sama Sarwo. Ia pemain bisnis ilegal, “ ucap sumber itu, Kamis (31/3).

Karena kebencian itu, pengusaha besar diperkirakan menjadi berang dan menyewa para pelaku untuk menghabisi Sarwo. Menurut sumber tersebut, kemungkinan pelaku sudah sering memantau kegiatan Sarwo yang biasanya menggunakan mobil Chevrolet Captiva berwarna hitam dengan nomor polisi BK 333 TO.

Secara kebetulan, di malam naas itu mobil dikendarai Suwito dan keluarganya. “Seharusnya Sarwo yang menjadi sasaran pelaku. Karena mobil yang ditembak itu adalah milik Sarwo, ayah korban. Dan rumah tersebut juga milik Sarwo. Warga saja tahu kalau korban anak yang baik dan tidak pernah punya musuh,” ujar sumber tersebut.

Namun, malam nahas tersebut Suwito bersama istri, anak dan baby sitternya  menggunakan mobil tersebut. Pelaku menembak dan tidak mengetahui jika anak Sarwo, Suwito berada di dalam mobil.

Sejak lima bulan belakangan ini, Sarwo menyerahkan pekerjaannya kepada Suwito untuk meneruskannya. Menjabat sebagai pimpinan, rupanya tak membuat Suwito nyaman. “Keterangan yang diterima, korban (Suwito) sempat mengeluh dengan tugas yang diberikan bapaknya. Entah ada pembagian tidak rata (dengan rekan bisnis lain) atau lainnya,” cetusnya.


Kabid Humas Poldasu Kombes Pol Hery Subiansauri mengatakan, pendalaman penyelidikan masih terus dilakukan. Tim gabungan yang dibentuk sejumlah enam tim, akan fokus untuk mengungkap penembakan tersebut.

Dengan melakukan pengamanan yang memperketat di Bandara Polonia Medan dan perbatasan yang sudah diinstruksikan untuk diperketat. Ini dilakukan, adanya indikasi, bahwa pelaku telah diketahui petugas. “Pengamanan Bandara dan perbatasan serta daerah lain telah dintruksikan ke masing-masing daerah,” tuturnya.

Penyelidikan tersebut juga akan meminta keterangan dari orang-orang dekat dengan korban. “Penyelidikan dilakukan dari luar ke dalam dan dari luar ke dalam,” bebernya.

Sedangkan pemeriksaan terhadap saksi telah bertambah, menjadi enam orang. Dalam hal ini, katanya, para saksi diberikan pengawalan. “ Perlindungan terhadap saksi kita berikan, “ tandasnya.

Di kediaman Suwito dan Dora di Jalan Bambu 3/Akasia I Kelurahan Kampung Durian, Kecamatan Medan Timur, terlihat garis polisi masih terpasang. Tidak ada aktivitas di rumah yang menjadi perhatian warga sekitar itu. Di depan rumah terlihat makanan dan hio atau dupa.

Sedangkan di tempat persemayaman keduanya di Balai Persemayaman Angsapura Jalan Waja di Blok 4 dan Blok 5, sanak keluarga masih berdatangan mendoakan pasangan suami istri itu.

Jasad pasangan suami istri korban penembakan Kho Wie To alias Awi dan Lim Chi Chi alias Dora Halim, dikebumikan hari ini di Pemakaman Tie Cang Tien Jalan Tanjung Morawa, Jumat (1/4) pukul 15.00 WIB.

Rahasiakan Identitas
Hingga tadi malam, petugas dari Polresta Medan masih terus memeriksa 4 orang yang diduga mengetahui pembunuhan Suwito dan istrinya. Kabarnya, keempatnya kemungkinan telah ditetapkan sebagai tersangka yang ikut merencanakan pembunuhan para korban.

Kapolresta Medan Kombes Pol Tagam Sinaga hingga tadi malam tidak kunjung bersedia memberitahukan status hukum apalagi hasil pemeriksaan ketiga orang yang diperiksa tersebut.

Dari informasi yang dikumpulkan wartawan koran ini, Kamis (31/3) sekitar pukul 18.00 WIB, dari keterangan sumber terpercaya di kepolisian maupun dari beberapa petunjuk lain di tempat kejadian perkara (TKP), diduga pelaku pembunuhan saat ini telah diamankan di Mapolresta Medan. “Ya, saat ini (ada yang diperiksa) di Polresta, tetapi masih diperiksa jam kejadiannya kan jam setengah sepuluh malam, paginya jam enam ada yang diamankan, empat orang,” ujar Tagam.

Sementara selongsong peluru dari senjata api (senpi) jenis FN Kaliber 4,5 MM dan Bareta Kaliber 2,9 MM yang digunakan pelaku untuk menghabisi dua korban serta petunjuk lainnya belum mampu mengungkap siapa pelakunya.

Namun Tagam enggan mengungkapkan identitas yang diamankan tersebut. “Biarkanlah kami bekerja dulu, tim sudah dibentuk untuk segera mengungkap kasus ini nanti kebablasan, kalian kira saya banyak omong, jadi kita tunggu saja tim saya bekerja dulu,” tandasnya.

Kapolsekta Medan Timur Kompol Patar Silalahi saat ditemui mengatakan, tim yang dibentuk oleh polisi dalam pengungkapan tersebut ada 5 tim yakni, Tim I Pendalaman Masalah Pekerjaan Korban, Tim II Pendalaman Masalah Tempat Tinggal, Tim III Pendalaman Masalah IV (Informasi dan Teknologi), Tim IV Pendalaman Masalah Selongsong dan Proyektil dan Tim V Pendalaman Uji Balistik. “Cuma lima tim saja bukan enam ya, sudah bekerja. Oke kami mau kerja dulu ada perintah dari Pak Kapolres,” cetusnya sambil pergi.

Sementara itu berdasarkan pantauan wartawan koran ini di lokasi kejadian, selain masih digaris polisi (Police Line) lokasi pembunuhan Wito  dan Dora masih menjadi perhatian warga sekitar. Warga masih mendatangi lokasi. “Kasihan ya anak-anaknya, sadis memang para penembak itu,” ujar seorang warga bernama Rita saat melihat kondisi rumah korban.

Menurutnya, semasa hidupnya, korban memang tidak pernah bergaul dengan masyarakat sekitar akan tetapi bila ada kegiatan di kampung itu, korban mau memberikan sumbangan. Dia dan beberapa warga berharap pelaku pun segera ditangkap. “Memang korban tidak mau bergaul dan sangat tertutup namun sesekali dia mau menyumbang kalau ada kegiatan,” katanya.

Dugaan dendam bisnis yang melatarbelakangi penembakan Suwito dan istrinya Dora juga merebak di sekitar gudang Putra Belawan Perkasa (PBP), milik Sarwo Pranoto, ayah Suwito. Namun warga di sana yakin pembunuhan tersebut tidak salah alamat.

Menurut sebuah sumber yang minta namanya dirahasiakan, beberapa bulan belakangan Suwito disibukkan soal bisnis jual beli ikan, baik hasil tangkapan lokal maupun ikan-ikan segar hasil lelang dari kapal ikan asing tangkapan petugas. “ Kalau diperhatikan diantara pengusaha lainnya di sini, yang berhasil dan berjaya adalah usaha penangkapan ikan dan gudang milik Sarwo yang dikelola anaknya itu. Jadi sangat mungkin motif di balik pembunuhan tersebut karena dendam persaingan bisnis dengan pengusaha lainnya,” ujarnya.

Sumber lainnya mengatakan, kapal-kapal Suwito beberapa kali menjadi sasaran aksi perompakan pria bersenjata di sekitar perairan Aceh. “Baru-baru ini ia juga mengurus dan menebus kapal ikannya yang dibajak perompak di perairan Aceh. Kalau (dijual, red) di sini harganya bisa Rp3 miliar lebih,” jelasnya.

Ketua DPC HNSI Medan, Zulfahri Siagian mengaku terkejut atas pemberitaan beberapa media yang memberitakan bahwa anak pengusaha ikan di Gabion itu tewas ditembak. Zulfahri pun menduga, motif penembkan karena persaingan bisnis. Maklum, dari 24 gudang ikan di Pelabuhan Perikanan Samudera (PPS) Gabion Belawan, gudang yang dikelola Suwito merupakan yang paling besar.

Namun, ada tiga gudang di Gabion yang menurutnya juga maju yakni gudang ML, PNP dan juga PT. SSS. Dia mengatakan, bahwa gudang milik Sarwo memiliki sekitar 20 Kapal ikan untuk melaut apabila dijual bisa mencapai miliaran rupiah.

Zulfahri berharap agar pihak kepolisian dapat segera mengusut tuntas kasus tersebut. Karena kasus ini bias berdampak kepada pengusaha gudang ikan yang lainnya. “Imbasnya bisa ke pemilik gudang lainnya yang merasa ketakutan akibat kejadian ini,”tandasnya.

Seperti diberitakan sebelumnya, usaha penangkapan ini sangat besar dan maju. Sehari minimal bisa mendapat 100 ton ikan.

Sementara itu, suasana di gudang Awi tampak terlihat sepi. Tidak ada aktivitas seperti biasanya, yakni pembongkaran dan penjualan ikan di gudang tersebut. Dua truk yang membawa es batu batangan parkir di depan gudang tersebut. “Iya, hari ini gudang ini tutup bang, tidak ada aktivitas pembongkaran dan penjualan ikan digudang tersebut dikarenakan tidak ada kapal ikan yang masuk untuk melakukan pembongkaran,” ujar soerang pekerja di gudang itu. (sumber)

Post a Comment

Powered by Blogger.